- By sanjaiannapyk@gmail.com - In Info Produk
Perkebunan Tembakau di Payakumbuh: Jejak Sejarah dan Potensi Masa Kini
Payakumbuh, salah satu daerah di Sumatra Barat yang kaya akan sejarah dan budaya, juga memiliki jejak panjang dalam dunia perkebunan tembakau. Pada masa kolonial Belanda, tembakau dari Payakumbuh menjadi salah satu komoditas penting, meskipun tidak mencapai reputasi internasional seperti tembakau Deli di Sumatra Timur. Hal ini tercatat dalam arsip kolonial, Handel uit de Regerings Almanak tahun 1878, yang mencatat perkembangan perkebunan tembakau di Sumatra Barat pada akhir abad ke-19.
Masa Kolonial: Booming yang Terbatas
Pada masa itu, perkebunan tembakau di Payakumbuh mengalami peningkatan produksi. Namun, kualitas tembakau yang dihasilkan dianggap kurang memadai oleh pemerintah kolonial Belanda. Salah satu penyebab utama yang diidentifikasi adalah kurangnya perhatian dan perawatan dari buruh perkebunan. Akibatnya, tembakau Payakumbuh tidak memenuhi standar untuk diekspor ke Eropa. Meski demikian, hasil panennya masih memiliki pasar lokal yang luas, terutama di Sumatra, Jawa, dan kepulauan Nusantara lainnya.
Pada tahun 1914, jumlah total produksi tembakau Payakumbuh yang tercatat mencapai 1.560.000 kilogram. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun kualitasnya tidak sebanding dengan Deli, produksi tembakau di Payakumbuh tetap menjadi bagian penting dari perekonomian lokal.
Tembakau Rajangan Payakumbuh: Warisan yang Bertahan
Meskipun masa kejayaan perkebunan tembakau kolonial telah berlalu, potensi tembakau di Payakumbuh tidak sepenuhnya menghilang. Salah satu wilayah yang masih aktif memproduksi tembakau adalah Situjuh Bandar Dalam, yang terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota. Perkebunan rakyat di daerah ini terus menghasilkan tembakau rajangan khas yang memiliki daya tarik tersendiri.
Menurut data yang dikutip dari situs Departemen Pertanian, usaha tani tembakau rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Harga jual tembakau rajangan kering di tingkat petani berada pada kisaran Rp 50.000 hingga Rp 70.000 per kilogram. Selain memenuhi kebutuhan pasar lokal, tembakau rajangan Payakumbuh juga telah merambah pasar internasional. Produk ini diekspor ke Malaysia dan Singapura melalui pelabuhan Batam, menunjukkan bahwa tembakau Payakumbuh tetap relevan dalam pasar modern.
Melestarikan Tradisi, Menatap Masa Depan
Kisah tembakau Payakumbuh, dari masa kolonial hingga era modern, mencerminkan dinamika ekonomi lokal yang terus berkembang. Tantangan masa lalu, seperti kualitas yang kurang terawat, menjadi pelajaran berharga untuk pengelolaan perkebunan tembakau di masa kini. Dengan peran aktif petani lokal dan dukungan teknologi pertanian, tembakau Payakumbuh dapat terus bertahan sebagai salah satu produk unggulan daerah.
Potensi besar ini tidak hanya menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat setempat, tetapi juga memperkuat identitas Payakumbuh sebagai daerah dengan sejarah panjang dalam pertanian tembakau. Meneruskan warisan ini, dengan memperhatikan kualitas dan diversifikasi pasar, adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa tembakau Payakumbuh tetap memiliki tempat di peta ekonomi Indonesia dan dunia.